Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

TEHNIK PEMBIBITAN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd)

Tugas Silvikultur

TEHNIK PEMBIBITAN ANGSANA  (Pterocarpus indicus Willd)




OLEH :
EDI SUMARNO
M1A1 13 136










JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015





TEKNIK PEMBIBITAN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd)
EDI SUMARNO
M1A1 13 136

Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
Universitas Halu Oleo
Kendari

ABSTRACK
Angsana atau sonokembang (Pterocarpus indicus Willd) adalah sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan dikelompokkan sebagai narra atau rosewood. Sebaran tumbuh secara alami di Indonesia berada di seluruh Jawa dan Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Irian Jaya Papua. Tumbuh pada ketinggian 600 m dpl. Tetapi masih bisa hidup pada ketinggian 1.300 m dpl.
Benih Angsana memiliki kadar air 11,03% sehingga termasuk ke dalam benih ortodoks. Tipe perkecambahan benih Angsana merupakan perkecambahan tipe epigeal.  Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembiakan Angsana adalah daya berkecambah benih yang rendah. Hal ini disebabkan oleh benih Angsana memiliki sifat dormansi kulit benih yang keras. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian mengenai tehnik pembibitan angsana (Pterocarpus indicus).
Tujuan penulisan yaitu untuk melengkapi nilai salah satu mata kuliah yaitu silvikultur dan juga sebagai tambahan wawasan dan informasi bagi para pembaca mengenai pengenalan angsana dan tehnik pembibitanya.
Metode pengumpulan data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari internet (berupa e-book dan artikel) megenai tema tulisan ini.
Kata Kunci : Angsana, Benih, Tehnik Pembibitan Agsana
BAB I
PENDAHULUAN
Angsana atau sono kembang (Pterocarpus indicus Wild) adalah sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (Leguminosae atau polong polongan). Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan dikelompokkan sebagai narra atau rosewood. Pohon, yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40m dan gemang mencapai 350cm. Batang sering beralur atau berbonggol; biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai. Kayu secara tradisional tumbuhan multiguna yang menghasilkan kayu dan bahan obat serta berpotensi dalam kegiatan rehabilitasi lahan karena mengikat nitrogen, cepat tumbuh dan mudah diperbanyak baik dengan benih maupun stek. Penyebaran alami di Asia Tenggara–Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik. Dibudidayakan luas di daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan sekunder dataran rendah.
Benih Angsana memiliki kadar air 11,03% sehingga termasuk ke dalam benih ortodoks. Tipe perkecambahan benih Angsana merupakan perkecambahan tipe epigeal.  Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembiakan Angsana adalah daya berkecambah benih yang rendah. Hal ini disebabkan oleh benih Angsana memiliki sifat dormansi kulit benih yang keras. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembiakan Angsana adalah daya berkecambah benih yang rendah. Hal ini disebabkan oleh benih Angsana memiliki sifat dormansi kulit benih yang keras. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian mengenai tehnik pembibitan angsana (Pterocarpus indicus).
Tujuan penulisan yaitu untuk melengkapi nilai salah satu mata kuliah yaitu silvikultur dan juga sebagai tambahan wawasan dan informasi bagi para pembaca mengenai pengenalan angsana dan tehnik pembibitanya. Metode pengumpulan data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari internet (ebook/jurnal) megenai tema tulisan ini.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian benih
Ada beberapa istilah penting yang perlu dimengerti dalam perbenihan tanaman pohon. Beberapa istilah tersebut mungkin agak sulit dipahami, tetapi harus dimengerti untuk membantu memahami tentang perbenihan tanaman hutan.
1.      Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya.
2.      Biji adalah hasil pembuahan pada tanaman berbunga. Bibit adalah tumbuhan muda calon pohon yang dihasilkan dari benih.
3.      Sumber benih adalah suatu pohon atau hutan, baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman), yang dikumpulkan benihnya.
4.      Genotip adalah potensi tampilan pohon yang ditentukan oleh susunan gen yang terdapat pada pohon. Faktor genotip inilah yang akan diturunkan oleh pohon kepada turunannya. Pohon dengan genotip yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik.
5.      Fenotip adalah tampilan pohon seperti yang kita lihat. Fenotip ditentukan oleh faktor genotip dan lingkungan.
6.      Pohon plus (pohon terpilih) adalah pohon yang berpenampilan baik (fenotip baik) yang dipilih untuk produksi benih (Mulawarman et al., 2002).

B.   Tinjauan Umum Angsana (Pterocarpus indicus wild)
a.1 Taksonomi angsana
Angsana (Pterocarpus indicus Will) memiliki nama lain yaitu Pterocarpus
wallichii Wight & Arn; P zollingeri Miq.; P papuanus F. V. Mueller, P Vidalinus Rolfe. termasuk kedalam famili Fabaceae (Papilionoideae). Beberapa nama lain untuk tanaman Cendana Merah, Sonokembang, Angsana (Jawa Tengah, Malaysia, Singapura), Pradoo (Thailand.), Narra (Filipina), Asan (Aceh), Sena (Batak Karo), Hasona (Batak Toba), Sena (Gayo), Sana (Lampung), Sanakembang (Sunda), Sana (Madura), Ingi (Seram), Lala (Ambon), Lana (Bum), Lina (Halmahera), Ligua (Ternate), Sana (Sasak), Nara (Bima), Ai Kenawa (Sumba), Kenaha (Solor), Kalai (Alor), Tonala (Gorontalo), Yonoba (Buol), Patene (Makasar), dan Candana (Bugis).
Berdasarkan taksonominya, Angsana digolongkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae/tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Resales
Famili : Fabaceae
Genus : Pterocarpus
Species : Pterocarpus indicus Will (Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan 2002)

a.2 Sifat Botanis
Biasanya Angsana merupakan pohon meranggas, tinggi pohon Angsana
dapat mencapai 30–40 m, diameter batang 2 m, biasanya bentuk pohon jelek,
pendek, terpuntir, beralur dalam, dan berbanir. Kayu pohon Angsana mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut ”kino” atau darah naga. Daun
majemuk dengan 5–11 anak daun, berbulu, duduk bergantian. Bunga malai, panjang 6–13 cm diujung atau ketiak daun. Bunga pohon Angsana berkelamin
ganda, berwarna kuning cerah dan harum. Polong tidak merekah terbungkus sayap besar (samara). Berbentuk bulat, coklat muda, diameter 4–6 cm, dengan sayap besar berukuran 1–2,5 cm yang mengelilingi tempat biji berdiameter 2–3 cm dan tebal 5–8 mm. Permukaan tempat biji bervariasi dari yang halus pada forma indicus sampai yang tertutup oleh bulu lebat pada forma echinatus (Lensari D., 2009).
a.3 Sifat Benih
Buah Angsana masak dalam waktu 4 bulan, berbentuk cakram datar dengan tepi bersayap. Masing-masing buah terdiri atas 1-3 benih yang sulit dihancurkan. Benih tersebut berkecambah dalam kulit buah. Sehingga setiap buah berfungsi seperti biji yang menghasilkan sampai tiga kecambah. Benih Angsana ini memiliki panjang 6–8 mm, berbentuk seperti buncis dengan testa berwarna coklat kertas. Benih Angsana merupakan benih ortodoks, dapat disimpan pada suhu dan kadar air rendah selama beberapa tahun (Anonim 2002). 
a.4 Penyebaran dan Habitat
            Penyebaran alami di Asia Tenggara–Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa
hutan sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu.
Pohon Angsana merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah
terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. (Lensari D., 2009).





BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Sumber benih
Pohon atau tegakan yang digunakan sebagai tempat pengumpulan benih disebut sumber benih. Benih kayu merah yang digunakan untuk pembibitan yang di lakukan pada kegiatan perbanyakan tanaman kayu merah berasal dari tegakan benih yang ada di Timor TengahSelatan, NTT. Sebelumnya telah di identifikasi bahwa pohon tersebut sudah memenuhi kreteriaseperti; penampil pohon/fenotip sehat dan lurus serta tumbuh di lingkungan yang baik, tidakterkena penyakit, dan jarak antar pohon yang satu dengan pohon yang lain tidak berdekatanminimal 100 m. Untuk menghindari kawin kerabat, untuk diambil buahnya (Mulawarman et al., 2002).
B.   Penanganan Benih
b.1 Pengunduhan Benih
Buah diunduh dari pohon, tidak dianjurkan pemungutan buah yang telah jatuh karena seringkali telah terserang hama (ulat) .Buah (polong) yang masak berwarna coklat atau minimal sayapnya telah berwarna coklat. Buah berukuran 4-6 cm, dalam satu buah terdapat 1-3 biji yang berbentuk pipih berukuran 0,5-1 cm . Musim buah umumnya bulan Maret-April , April-Mei. Buah hasil pengunduhan diekstraksi dengan cara memotong buah dan mengeluarkan biji/benihnya. Jumlah benih 21.736-19.762 butir per kg. Benih yang baik ditandai dengan warnanya yang coklat kemerah-merahan.
b.2 Penyimpanan Benih
Benih dikeringkan pada suhu kamar atau di tempat yang teduh (hingga kadar airnya mencapai (4-7%). Benih yang akan disimpan kemudian dimasukkan ke dalam wadah simpan berupa kantong plastik atau kaleng kedap udara dan diletakan dalam refrigerator dengan suhu 4°C.
b.3 Perkecambahan Benih
Benih ditempatkan secara merata di atas media tabur lalu ditutup dengan lapisan tipis pasir. Media tabur yang dugunakan adalah campuran tanah dan pasir (1:1). Bak kecambah sebaiknya diletakkan di bawah naungan Kecambah siap disapih ke dalam polybag berukuran 20 x 15 cm setelah berumur 1 bulan. Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stump dan kultur jaringan. Stump dianjurkan berukuran panjang batang 10-20 cm, diameter batang 1,5-2 cm dan panjang akar 20- 40 cm . Umur tunas yang digunakan dalam pembiakan kultur jaringan berkisar antara 0,5-3 tahun. Tunas kemudian disimpan dalam media pertumbuhan, setelah berumur 7-12 hari akan menghasilkan kalus. Setelah 21-48 akar mulai terlihat
b.4 Penyemaian Benih
Sebulan setelah berkecambah, bibit dapat dipindahkan ke dalam polybag yang telah berisi media sapih (tanah : Kompos : pasir halus dengan perbandingan 7: 2 : 1) . Bibit siap ditanam setelah berumur 4-6 bulan dengan tinggi 20-25 cm. Pemupukan dengan  sebaiknya dilakukan pada umur 2,5 bulan dengan dosis 2 gr/bibit.
b.5  Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan bibit kayu merah dipersemaian tergolong mudah, kegiatan utamanya adalah penyiraman, penyiangan, pemupukan dan mengendalikan hama penyakit. Penyiraman dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore hari. Menurut Hadiyan dan Setiawan (2010), pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk pelaksanaan penyiraman agar air dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk fotosintesis.
Penyiangan berupa mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Akan tetapi frekuensi penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma jika tumbuhnya lebih cepat maka frekuensi penyiangan juga bertambah. Pengendalian hama pada bibit kayu merah tidak begitu sulit cukup dengan penyemprotan insektisida seminggu sekali, hal itu jika terlihat ada hama yang memakan daun bibit kayu merah.
Bibit yang sudah disapih tidak semuanya hidup maka dari itu perlu dilakukan penyulaman terhadap bibit-bibit yang mati setelah disapih beberapa hari kemudian. Bibit yang perlu disulam tersebut bibit yang menunjukkan gejala-gejala kurang sehat seperti pertumbuhannya kerdil, daun mengering dan dimakan hama (bekicot) sehingga tidak bisa hidup. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyulaman yaitu kondisi fisik bibit pengganti diusahakan lebih besar, sehat, subur atau sama besar dengan bibit yang sudah ditanam sebelumnya. Tujuannya yaitu supaya bibit pengganti tidak membutuhkan waktu lama untuk menyamai pertumbuhan bibit sebelumnya.
Pemberian pupuk NPK (5 g/1 liter air) dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu, setiap 2 minggu sebanyak 1 kali sampai bibit berumur 7 minggu. Bibit kayu merah siap ditanam di lapangan pada umur 4 bulan atau tinggi bibit sudah mencapai 25-30 cm. Pemberian pupuk NPK dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan bibit supaya lebih cepat tumbuh dari biasanya (Zanzibar, 2011).




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Angsana (Pterocarpus indicus) dapat tumbuh dengan baik di tempat-tempat terbuka yang sedikit terlindungi dari sinar matahari, sehingga P. indicus banyak ditanam di pinggir-pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. P. indicus dapat tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi dari 600 meter dari permukaan laut hingga 1.300 meter dari permukaan laut. Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan tanaman jenis lambat tumbuh (slow growing). Teknik pembibitannya yaitu dilakukan dengan cara menggunting kulit buah di empat sudut buah untuk mengeluarkan biji supaya bisa tumbuh. Serta menyemaikan biji pada polybag, disapih setelah mempunyai 3 daun. Biji tumbuh dalam satu polybag 3-4 tanaman sekaligus, karena biji tidak dipisahkan dari kulitnya Maka harus disapih lagi, untuk memberi ruang tumbuh pada bibit yang baru tumbuh tersebut.
Masalah pokok pada pembibitan angsana adalah daya kecambah benih yang rencah, hal ini disebabkan karna benih Angsana memiliki sifat dormansi kulit benih yang keras. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan perlakuan pematahan dormansi untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel benih yang dorman.
Hasil penelitian  Delfy Lensari menemukan bahwa benih angsana memiliki dormansi embrio dan kulit yang dapat dipatahkan dengan perendaman KNO3 1% selama 24 jam dan H2SO4 1% selama 10 menit dengan menghasilkan daya berkecambah masing-masing sebesar 100%.

B.  Saran
Dalam melakukan pembibitan angsana di perlukan perlakuan yang tepat sehingga benih yang di hasilkan dapat maksimal dan memiliki kualitas yang sempurna, seperti pada hasil penelitian delfy lensari.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 18 Januari 2002. Pohon Nasional Filipina itu Bernama Sonokembang. Sinar harapan.4169. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0207/24/ipt03.html.
Delfy Lensari, 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor: Indonesia.
Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan. 2002. Informasi Singkat Benih. Bandung: Indonesia Forest Seed Project.
Mulawarman, Roshetko, J., Sasongko, S.M, dan Irianto, J. 2002. Pengelolaan Benih Pohon. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia.
Suwandi dan Alin Maryanti, 2014. Tehnik Pembibitan Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Sleman, Yogyakarta.


LAMPIRAN GAMBAR
   

GAMBAR POHON ANGSANA YANG SEDANG BERBUNGA



GAMBAR BUAH MUDA DAN BUAH TUA ANGSANA YANG MASIH DI POHONYA



GAMBAR BUAH TUA ANGSANA YANG TELAH JATUH KE TANAH


POHON ANGSANA DAN PENGUNDUHAN BUAHNYA

(FOTO OLEH : HENRI)

   
PERENDAMAN BUAH ANGSANA
BIJI BUAH ANGSANA YANG TELAH DIKELUARKAN DARI KULITNYA  

BIJI ANGSANA YANG TELAH BERKECAMBAH

(FOTO OLEH: ALIN, M)





Post a Comment for "TEHNIK PEMBIBITAN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd)"