2014 LIMA PULUH LIMA TAHUN SYLVA INDONESIA
“Sylva
Indonesia Belajar Dan Berkarya Untuk Negara Indonesia”
Sejarah
Sylva Indonesia
Sylva Indonesia merupakan
Ikatan Mahasiswa Kehutanan diseluruh Indonesia yang berdiri sejak 30 Januari
1959 di Yogyakarta atas inisiasi dua senat Mahasiswa Kehutanan Universitas
Gadjah Mada (dulu Fakultas Pertanian UGM) dan Mahasiswa Kehutanan Institut
Pertanian Bogor (dulu Fakultas Pertanian Universitas Indonesia). Sejarah yang
dapat tercatat (dari Sekjen 2010 Sdr. Faridh/Unila) hingga saat ini adalah :
Tahun
1959.
Kongres I di Baturaden-Yogyakarta. Berdiri Sylva Indonesia tetapi anggota baru
2 senat mahasiswa yaitu Fahutan IPB dan UGM (karena pada saat itu baru ada dua
Fahutan tersebut), terpilih presidium dari IPB.
Tahun
1961
Kongres II secara langsung ketua presidium diserahkan kepada UGM, karena
sebelumnya sudah ada perjanjian bahwa ketua presidium dipegang secara
bergantian.
Tahun
1971
SI bersemedi dan kembali muncul tahun ini. Maka diadakan kongres III di Madiun.
Secara langsung ketua presidium diserahkan kepada IPB
Tahun
1979 Setelah terbitnya SK MENDKBUD N. 0156/1978 dan
instruktur DIRJEN DIKTI No. 002/DJ/INST 1978 tentang Ikatan Senat Mahasiswa
Sejenis (ISMS) dalam NKK, Fahutan Unmul
menjajaki ke IPB, UGM dan DIKTI. Kesimpulan dari penjajakan tersebut yaitu
sebelum Konferensi dilaksanakan sebaiknya diadakan sidang pertemuan pendahuluan
dengan pembiayaan ditanggung Unmul.
Tahun
1980
Sidang pendahuluan SI di selenggarakan tanggal 1-3 Mei 1980 yang diprakarsai
oleh Senat Mahasiswa Unmul Samarinda. Dihadiri 7 dari sembilan Senat Mahasiswa
Kehutanan Seluruh Indonesia yaitu Unmul, IPB, Untan, Uncen, Unlam, Unhas, AIK.
Keputusan pertemuan ini yaitu mengaktifkan kembali SI dengan melaksanakan
Konferensi IV di Samarinda selambat-lambatnya Juni 1980. Yang pada akhirnya
Konferensi IV digelar di Samarinda tanggal 16-19 Juni 1980 dengan dihadiri 9
Universitas seluruh Indonesia yaitu Unmul, IPB, Untan, Uncen, Unlam, Unhas,
AIK, UGM, Unpatti. Temanya yaitu Dengan Kesatuan Jiwa, Pikiran, dan Tenaga Korp
Rimbawan Indonesia Kita Capai Masyarakat Adil dan Makmur. Keputusan Konferensi
IV dipilih Sekjend Organisasi dan diberikan kepada Senat Mahasiswa Unhas untuk
yang pertama dengan konsensus yang memegang Sekjend bergiliran sampai nantinya
pada setiap pelaksanaan Konferensi Sylva Indonesia.
Tahun
1998
Pada KNSI X tahun1998, terpilih lah saudara Ivan Cahyana sebagai Sekjend SI
periode 1998-2000. Namun pada saat Rakernas dan SMKI VIII di UNHAS tahun 1999,
saudara Ivan Cahyana mengundurkan diri. Sehingga forum memutuskan untuk segera
melaksanakan KNLBSI, dengan kesepakatan UPT ada pada Sylva Indonesia Pengurus
Cabang INSTITUT PERTANIAN MALANG. Yuyun Kurniawan menjabat Sekjend SI pada
periode 1999-2001 berdasarkan hasil KNLBSI 1999 di Malang.
Tahun
2000
Sekretaris Jendral Robbi Royana dari UGM 2001-2002. Namun pada saat itu saudara
Robbi ingin melakukan suatu magang seluruh pengurus cabang di taman nasional yang
bekerjasama dengan PHKA Kementerian Kehutanan dan Lembaga donor DFID sehingga
periode Robbi berakhir pada tahun 2005.
Tahun
2005
Pada masa kepengurusan ini Sylva Indonesia mengalami kefakuman dan stagnasi.
Sekertaris jendral pada saat ini dipegang oleh saudara Yusuf dari universitas
Sumatra utara.
Tahun
2008
Pada Konferensi Nasional Luar Biasa Sylva Indonesia (KNLB SI) XIV di Medan,
saudara Faridh AL-Muhayat Uhib H dari Universitas Lampung terpilih sebagai sekretaris
jendral Sylva Indonesia dengan masa kepengurusan 2008-2010.
Tahun
2010
Pada Konferensi Nasional Luar Biasa Sylva Indonesia (KNLB SI) XV di Lampung,
yang dihadiri 21 PC (Pengurus Cabang) dari seluruh Indonesia di tambah satu PC
persiapan. Dalam konferensi ini saudara Erwin Darma dari Universitas Hasanuddin
Makassar terpilih sebagai Sekjend Sylva Indonesia dengan masa kepengurusan
2010-2012. Dengan Visi “ Rekonstruksi Paradigma dan Optimalisasi Peran Ideal
Kader Sylva Indonesia Dalam Upaya Mencapai MDGs ( Millenium Development Goals )
Dalam Bidang Kehutanan ”.
Tahun
2012
Pada Konferensi Nasional Luar Biasa
Sylva Indonesia (KNLB SI) XVI di Makassar, terjadi polemik dalam tubuh SI namun
akhirnya dengan semangat menghidupkan dan mempersatukan kembali Sylva Indonesia
oleh seluruh pengurus cabang yang hadir saudara Ahmad Arief Hilman dari
Institut Pertanian Bogor sebagai kandidat tunggal terpilih sebagai Sekretaris
Jenderal Sylva Indonesia dengan masa kepengurusan 2012-2014. Dengan konstruksi yang
ingin dibangun mengenai “Refleksi
Kerangka Pikir Rimbawan dalam tubuh Organisasi Sylva Indonesia terhadap
Pengelolaan Hutan Indonesia”. Pada kesempatan Rapat Kerja
Nasional 2012 Bogor dihadiri oleh 29 Universitas dari 32 Pengurus Cabang. Yang
hadir diantaranya : STIK Aceh, USU, UMSB, UNIB, UNJA, UNRI, UNILAK, UNILA, IPB,
UNB, UNWIM, UNIKU, UGM, INSTIPER JOGJA, UMM, UNRAM, UNTAN, UNMUL, UNLAM, UNHAS,
UIT, UNISMUH, UNSRAT, UNHALU, UNTAD,UDK KOTAMOBAGO, STP LABUHA, UNPATTI dan UNIPA,
dimana membahas Program Kerja serta mempelajari kembali tugas dan fungsi dari
gerakan Sylva Indonesia itu sendiri.
Sejarah
yang tertulis diatas masih jauh dari sempurna, akibat dari segala keterbatasan
yang dimiliki oleh kader Sylva Indonesia terhadap sejarah itu sendiri pada masa
lalu dan masa kini. Namun hal itu, menjadi motivasi untuk dapat lebih merangkum
history dari sylva Indonesia agar
dapat dijadikan referensi dan semangat ber-sylva dimasa yang akan datang.
Pengembangan
Sumberdaya Mahasiswa Kehutanan
Dalam
perjalanannya, Sylva Indonesia mengalami situasi yang naik turun sehingga
efeknya sangat dirasakan hingga saat ini, namun disadari atau tidak Sylva
Indonesia berhasil melahirkan banyak kader yang berkompeten dalam berbagai
bidang khususnya Kehutanan dizamannya hingga saat ini. Banyak kader Sylva
Indonesia yang sekarang menduduki jabatan penting di Pemerintahan, Swasta,
BUMN, NGO, Akademisi, hingga Partai Politik.
Sejauh
yang diamati dan dirasakan oleh kepengurusan saat ini, dalam proses
pengembangan sumberdaya mahasiswa kehutanan tersebut Sylva Indonesia dalam
beberapa dekade ini dengan konsisten mengadakan kegiatan nasional untuk
pengembangan mahasiswa kehutanan. Dalam dua tahun terakhir ini Hasil Rapat
Kerja Nasional memutuskan beberapa kegiatan diantaranya : Latihan Kepemimpinan
Sylva Indonesia yang dilaksanakan di Pontianak, Lokakarya Sylva Indonesia yang
dilaksanakan di Manokwari, Seminar Mahasiswa Kehutanan Indonesia yang
dilaksanakan di Kendari, dan Pelatihan Mahasiswa Kehutanan Indonesia yang
dilaksanakan di Pekanbaru kesemuanya telah berhasil dilaksanakan. Serta
beberapa kegiatan insidental lainnya
seperti saat terjadi bencana yaitu melakukan gerakan peduli dengan nama
“Sylva Indonesia Peduli” untuk menggalang dana dan berbagai barang untuk
disalurkan ke daerah bencana, aksi-aksi lingkungan dalam upaya penyelamatan
lingkungan seperti menanam pohon bersama seluruh pengurus cabang di daerah,
aksi damai seluruh Indonesia dalam rangka peringatan hari lingkungan hidup,
peringatan hari bumi, peringatan hari air sedunia, peringatan hari menanam
Indonesia, peringatan hari bakti rimbawan, dll. Selain itu diskusi interaktif
dengan mengikuti berbagai acara di bidang kehutanan maupun non kehutanan sering
diikuti semisal dari Persaki, APHI, Puslitbang kemenhut dan lainnya. Namun
dengan segala keterbatasan yang dimiliki, sehingga apa yang dikaji dan
dirumuskan oleh kader mahasiswa kehutanan saat ini tidaklah begitu dapat
dirasakan signifikan di tataran role play
atau para “pemain” dalam arena kebijakan kehutanan Indonesia dan bahkan
susah kemudi untuk dikemanakan hasilnya itu. Sehingga diperlukanlah sebuah
langkah yang strategik untuk merevitalisasi kembali serta mengangkat posisi dan
peran serta Sylva Indonesia terhadap tatanan pembangunan Kehutanan Indonesia
seperti yang dahulu pernah terjadi di era Sylva Indonesia diperhitungkan pada
masanya. Saat ini, salah satu caranya adalah dengan menjadikan Sylva Indonesia sebagai “Youth Center of Exellent”
pengembangan kapasitas mahasiswa kehutanan Indonesia. Karena tidak dapat dipungkiri,
di era Global saat ini kita membutuhkan peningkatan soft skill, peningkatan kapasitas SDM yang tidak hanya dilakukan di
bangku perkuliahan namun diberbagai kesempatan salah satunya adalah
berorganisasi. Organisasi Sylva Indonesia menjadi sangat relevan untuk
mewujudkan hal tersebut mengingat syarat cukup terpenuhi dengan adanya
kepengurusan di tiap daerah (adanya struktur secara Nasional).
Sylva
Indonesia sebagai garda depan ikut andil dalam pengembangan SDM Kehutanan
Sylva Indonesia
yang merupakan Ikatan Mahasiswa Kehutanan seluruh Indonesia merasa perlu untuk
terus ikut mengembangkan dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas
sumberdaya manusia bidang kehutanan salah satunya ditempuh dalam tataran
mahasiswa yang pada banyak kesempatan tidak didapatkan di bangku perkuliahan.
Sylva Indonesia saat ini tersebar di 32 (tiga puluh dua) Perguruan Tinggi yang
tercatat sebagai pengurus cabang dalam 10 (sepuluh) Regional di Indonesia dari
Banda Aceh hingga Manokwari serta belasan Perguruan Tinggi calon pengurus
cabang yang sedang dipersiapkan untuk ikut bergabung dalam gerakan Sylva
Indonesia. Dengan mengusung semangat
“revitalisasi dan reposisi mahasiswa kehutanan Indonesia dalam mengawal
pembangunan kehutanan berkelanjutan” diharapkan mahasiswa turut andil dalam
pengelolaan hutan yang lestari sebagai media mempersiapkan kader kehutanan yang
sesuai dengan kebutuhan saat ini. Salah satunya seperti yang tercantum dalam Renstra Sekjen Kemenhut RI no : SK.63 /
II-REN / 2012 dimana kualitas dari sumberdaya manusia kehutanan yang masih
rendah dan belum memadai. Menyikapi hal tersebut, kiranya perlu dilakukan
kerjasama dari multistakeholder dalam peningkatan sumberdaya manusia kehutanan.
Salah satunya dengan pembinaan para mahasiswa kehutanan yang dapat dilakukan
dalam wadah Gerakan Organisasi Nasional perkumpulan mahasiswa kehutanan yakni
Sylva Indonesia.
Menyikapi beberapa hal dan pemikiran seperti di atas,
Sylva Indonesia melalui Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia periode 2012-2014 mengajukan
surat permohonan kerjasama dengan No. 009
/ F / G / PPSI / I /2013 kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris
Jenderal Kementerian Kehutanan untuk dapat melibatkan Sylva Indonesia dalam hal
yang terkait dengan program yang dicanangkan dan/atau dijalankan oleh kementerian
kehutanan. Respon positif dilakukan oleh Sekjen Kemenhut dengan melayangkan
surat No. S.766 / II-PHM / 2013 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh
UPT Kementerian Kehutanan untuk dapat mengikutsertakan dan melibatkan Sylva Indonesia dalam satuan
kerja UPT Kemenhut terutama yang berkaitan dengan pengelolaan hutan lestari,
moratorium hutan Indonesia, pola pemanfaatan tata ruang kehutanan dan hutan
adat serta forum-forum kehutanan yang berskala Nasional maupun Internasional sebagai
upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa kehutanan mengenai perkembangan
pengelolaan sektor kehutanan di Indonesia. Tak hanya itu, surat dengan hal yang
sama pun pada akhirnya dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam melalui Sekretaris Direktorat Jenderal dengan No. S. 141 / Set-1 / 2013, Direktorat
Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial melalui Sekretaris
Direktorat Jenderal dengan No. S. 432 /
SET-1 / 2013, dan Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan oleh
Kepala Pusat dengan No. S.93 / PHM-2 /
2013 yang pada isinya menghimbau kepada seluruh jajaran yang dibawahinya
untuk melibatkan serta mengikutsertakan Sylva Indonesia dalam kegiatan-kegiatan
dilingkupnya. Hal ini menjadi penting untuk memperkuat peran dan posisi Sylva Indonesia dalam pembangunan kehutanan
Indonesia. Namun, tidaklah cukup hanya dengan kementerian kehutanan saja. Sylva
Indonesia harus mampu dan mau mencari ruang-ruang yang lain supaya tercipta
kader yang memiliki kapabilitas dan kemampuan daya nalar yang baik dalam
menyikapi prihal kehutanan. Banyak Stakeholder lain seperti Kementerian
Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, DKN,
PERSAKI, FORETIKA, Asosiasi-asosiasi kehutanan, pertambangan, perkebunan dan
lainnya yang dirasakan tepat untuk ikut mencerdaskan, meyiapkan kader Rimbawan
yang berkualitas.
Kondisi
terkini
Pasca
dua dekade kebangkitan Sylva Indonesia yang diawali pada tahun 1980 guna
membangkitkan dan merestrukturisasi kembali organisasi dalam perjalanannya hingga
saat ini menemui banyak rintangan, mulai dari ketimpangan/tidak meratanya pemahaman
kader Sylva Indonesia di tiap pengurus cabang hingga terputusnya informasi dan
komunikasi akibat pergantian kepengurusan cabang atau lemahnya pola pengkaderan
ditingkat cabang itu sendiri. Perlu kita akui, bahwa hal itu terjadi. Hingga
menjadi salah satu fokus kepengurusan 2012-2014, semangat untuk “besar sama-sama, sama-sama membesarkan”
tanpa melihat kita dari almamater kampus
mana tetapi kita dari almamater Sylva
Indonesia yang coba disiasati dengan beberapa himbauan Pengurus Pusat Sylva
Indonesia untuk dapat mengakses stakeholder terkait guna meningkatkan kapasitas
kader. Kurikulum perngkaderan kembali dibuat dan disempurnakan
guna mencapai standarisasi pengkaderan secara nasional terkait kemampuan apa
yang dibutuhkan rimbawan saat ini.
Pamahaman
terkait komunikasi dan media coba dirangkai dengan memperbaiki media
satu-satunya yang saat ini mudah diakses terkait Sylva Indonesia yakni website
dengan alamat www.sylvaindonesia.org. Dengan berharap kader Sylva Indonesia se Nusantara dapat melatih bagaimana
mereka menganalisis, menulis, memberitakan, dan menjelaskan. Website ini
tentunya masih jauh dari harapan, sehingga perlu dikembangkan lebih lagi.
Namun, dengan website ini sejarah/dokumentasi dapat tercatat dan takkan hilang.
Kondisi
yang diharapkan, saatnya BERGERAK
Sylva Indonesia
yang merupakan satu-satunya wadah pemersatu mahasiswa kehutanan se-Indonesia tentunya
perlu untuk dapat bekerjasama dengan multistakeholder guna melakukan
pengelolaan hutan Indonesia, pengembangan sumberdaya manusia, melahirkan
pemikiran kritis terhadap kondisi bangsa sekalipun dengan segala keterbatasan
dan kepolosan mahasiswa namun tetap dengan memegang teguh idealisme positif. Tidaklah
berlebihan jikalau ditahun ini, merupakan tahun politik Negara Indonesia dalam
sistem demokrasinya. Tentunya banyak hal dan perubahan akan terjadi terkait
kebijakan pengelolan hutan Indonesia. Tidak salah jikalau merujuk pada
ulangtahun emas dua fakultas kehutanan di Indonesia yang menginginkan adanya
refleksi kerangka pikir Rimbawan hingga darurat hutan Indonesia untuk
mewujudkan arsitek baru kehutanan Indonesia. Sinyal ini ditangkap cepat
sekalipun dengan penuh rasa kekhawatiran oleh Sylva Indonesia dimana Kehutanan
Indonesia ini memang sudah sangat kritis. Sehingga yang ingin kami lakukan dan
persiapkan adalah bagaimana calon sarjana kehutanan yang akan dilahirkan dari
bangsa ini yang tiap tahun ± 3000 – 4000 sarjana kehutanan dilahirkan mampu menyikapi
dengan sigap tantangan-tantangan yang dihadapi. Memang, kewajiban ini tentunya
ada paling depan di tataran Perguruan Tinggi nya. Namun kami sadari, banyak hal
yang tidak didapat dibangku perkuliahan membuat Sylva Indonesia memiliki
keinginan dan kewajiban untuk menjalankannya. Kader Sylva Indonesia diharapkan
menjadi garda terdepan untuk perubahan pembangunan kehutanan Indonesia yang
lebih baik tentunya dalam ranah organisasi mahasiswa.
Dalam kesempatan yang baik ini, ditahun yang penuh dengan
teka-teki akan perubahan nasib bangsa dalam 5 (lima) tahun kedepan. Tepat Sylva
Indonesia akan melaksanakan Konferensi Nasional Sylva Indonesia ke XVII untuk
berganti kepengurusan di tingkat Pengurus Pusat (DPP). Tentunya hal ini harus
dipersiapkan secara matang dengan kerjasama dari multistakeholder guna
menyiapkan “arsitek baru” kehutanan Indonesia. Tidak berlebihan jikalau kita
(Sylva Indonesia) merupakan wadah yang stategis untuk ikut mewujudkan hal
tersebut. Tentu dukungan dari para pihak sangat diharapkan, sebagai perwujudan memperkuat peran dan posisi Sylva Indonesia
dalam pembangunan kehutanan Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya,
maka memang tidaklah cukup hanya dengan kementerian kehutanan saja. Sylva
Indonesia membutuhkan ruang-ruang yang lain supaya tercipta kader yang memiliki
kapabilitas dan kemampuan daya nalar yang baik dalam menyikapi prihal kehutanan,
salah satu yang paling penting harus segera diselesaikan dalam “tahun
demokrasi” ini adalah terkait keadilan
distribusi agraria. Banyak Stakeholder lain seperti Kementerian Pertanian,
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, DKN, PERSAKI, FORETIKA,
NGO, Asosiasi-asosiasi kehutanan, pertambangan, perkebunan dan lainnya yang
dirasakan tepat untuk ikut mencerdaskan, meyiapkan kader Rimbawan yang
diperlukan bangsa. Ada dua hal positif yang dapat tercapai dalam skema ini.
Pertama, secara internal sendiri hal ini akan merangsang kemauan dan kerja
keras kader dalam memajukan Sylva Indonesia. Kedua, secara eksternal maka
posisi Sylva Indonesia akan selalu terlibat moment apapun dalam proses
pengkajian, perencanaan bahkan sampai pendorong penentuan kebijakan. Semoga
harapan ini dapat terwujud dan harus selalu didorong.
Salam Rimbawan!!!
Bogor, 23 Maret 2014
a.n Mahasiswa Kehutanan Indonesia
ttd
Ahmad .A. Hilman
|
Post a Comment for "2014 LIMA PULUH LIMA TAHUN SYLVA INDONESIA"
Terima Kasih Telah Berkunjung